Kebanyakan setiap ilmuwan islam yang terkenal adalah orang tua yang melatih mereka menghafal al quran dari umur anak anak hingga mereka dapat menghafal al quran pada umur 7 -10 tahun kemudian barulah ajarkan dengan ilmu lain.

Sekiranya kita merujuk kepada kejayaan ilmuan islam di zaman kegemilangan islam dahulu, mayoritas adalah penghafal Al-quran. Ini serupa dengan hadis nabi s.a.w yang menggalakkan agar kita mengajar anak-anak membaca Al-quran.
“Yang paling pokok adalah menghafal al quran,kerana ia adalah ilmu terpenting, bahkan para salaf tidak mengajarkan al-hadis dan fikih kecuali yang telah hafal al quran” (Imam Nawawi)

Ada berbagai pandangan dalam pendidikan awal anak anak bergantung kepada latar belakang orang tua tersebut dalam memilih kecenderungan pendidikan untuk anak mereka. Ada yang memilih untuk mendahulukan pengajaran ilmu dunia, contohnya belajar membaca bahasa yang dipilih. Perbedaannya, mengajar yang lain selain dari al Quran hanya berhenti pada ‘kenal dan baca’ tetapi tidak melatih untuk MENGHAFAL. Menghafal meningkatkan memori atau daya simpan  dalam otak anak anak.
Jika kita perhatikan hari pertama bayi dilahirkan, mereka disambut dengan azan dan iqamat. Allah telah memberi pengajaran kepada kita bahawa bayi boleh diajar dengan memperdengarkan apa yang kita mau ajarkan kepadanya. Maka adalah sebaiknya bayi yang baru dilahirkan, selalu diperdengarkan dengan ayat alQuran. Inilah cara mengenalkan pendidikan alQuran pada bayi.

Mereka yang baru lahir adalah umpama disket kosong yang sedia untuk ditulis apa-apa pelajaran yang diberikan kepadanya. Menurut kajian Sains, otak anak anak sudah sangat bersedia untuk menerima apa-apa pelajaran sejak lahir. Otaknya pada waktu ini ibarat sponge yang amat mudah menyerap air jika diletakkan di air. Pada umur 2 tahun, kapasiti otak kanak-kanak sudah menyamai 80% otak dewasa.
Anak anak semuanya sama. Yang membuat mereka berbeda adalah Kualitas dan kuantitas didikan yang orang tua mereka berikan di waktu usia kritikal ini. Anak anak jika diberikan lebih awal, mampu mempunyai 3 kemahiran yaitu mengenal huruf, membaca dan menghafal alquran pada umur mulai 3 Tahun. Kemahiran yang diperolehi ini akan meningkatkan IQ otak mereka dan akan mempengaruhi daya berfikir dan daya menyerap pelajaran/ilmu, bila mereka dewasa nanti. Ia ibarat ‘BRAIN TRAINING’ yang akan menghasilkan daya konsentrasi, fokus, kreativiti dan kelajuan berfikir yang bermanfaat untuk jangka masa panjang.
Mengajar alQuran kepada bayi dan Anak anak adalah berbeda dari mengajar orang dewasa. Mengajar anak anak perlu lebih kreatif dengan memahami dunia anak anak  yang perlu bermain. Sebagai contoh, bayi setahun lebih akan memaksa orang tua kreatif dalam mencuri perhatiannya untuk menyebut setiap flashcard yang ditunjukkan karena pada waktu ini mereka dalam peringkat suka menerka dan mula melakukan aktif pada aktifitasnya sendiri. Ini lebih terlihat pada anak lelaki berbanding perempuan.
Rasululullah pernah bersabda:
“Memberi ilmu ketika masih kecil, laksana melukis di atas batu!” (Riwayat Baihaqi dan Thabrani).

Sememangya ini telah dibuktikan dalam sains bahawa jalinan saraf neuron otak pada kanak kanak sangat aktif dimana pada 3 tahun pertama bayi, sejumlah 300 trillion sel penghubung diwujudkan di dalam otak dimana sebelumnya tiada.
Abu Hurairah R.A. meriwayatkan secara marfu’ : “Siapa yang mempelajari Al quran ketika masih muda, maka alquran itu menyatu dengan daging dan darahnya. dan siapa yang mempelajarinya ketika dewasa, ilmu itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka dia mendapatkannya pada hal dua kali”. (diriwayatkan oleh Baihaqi, Dailam dan Hakim)
Cara memelihara dan mengembangkan memori anak:
  1. Ajari anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya
  2. Faktor makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja (zat-zat adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan merusak daya ingat anak-anak)
  3. Memberi penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan yang dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis
  4. Menghormati waktu bermain dan waktu istirahat anak
  5. Jauhkan unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan
  6. Ciptakan motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal
Waktu-waktu yang tepat untuk mengajarkan anak menghafal Al-Qur’an:
  • Tidak mengantuk
  • Tidak letih / kelelahan
  • Tidak kekenyangan atau sebaliknya, tidak sedang kelaparan
  • Tidak dalam keadaan capek belajar
  • Tidak sedang bermain
  • Tidak dalam keadaan sakit bad mood
Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak dalam menghafal:
  • Kenali bakat anak-anak dan hargai minat mereka.
  • Fahami keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya
  • Kenali anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksi
TEKNIS PENGAJARAN
1. Bayi ( 0-2 tahun )
  • Bacakan Al-Qur’an dari surat Al-Fatihah
  • Tiap hari 4 kali waktu ( pagi, siang, sore, malam )
  • Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x
  • Setelah hari ke-5 ganti surat An-Nas dengan metode yang sama
  • Tiap 1 waktu surat yang lain-lain diulang 1x
2. Di atas 2 tahun
  • Metode sama dengan teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, misal dari 5 hari menjadi 7 hari.
  • Sering dengarkan murottal.
3. Di atas 4 tahun
  • Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
  • Ajari muroja’ah sendiri
  • Ajari mengahfal sendiri
  • Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
  • Waktu menghafal 3-4x per hari
CARA MENJAGA HAFALAN
  • Mengulang-ulang secara teratur
  • Mendengarkan murottal
  • Mentadabburi dan menghayati makna
  • Menjauhi maksiat
sumber: http://hijabalila.net/
Sesungguhnya pendidikan paling baik adalah memberikan pemahaman tentang Agama kepada anak sejak dini (kecil), dengan metode menghafal Al-Quran akan memberikan banyak manfaat, dimana mengajarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu perkaran yang agung. Khususnya zaman kita sekarang, ketika banyak orang menyia-nyiakan pendidikan anak mereka atau anak yang berada di bawah perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan banyak perkara yang tidak bermanfaat dalam hal ini adalah untuk urusan akhirat, bahkan bisa membahayakan mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan, seperti: Artis, aktor, atlet, penyanyi dan lain sebagainya.
Dikutip dalam pada salah satu media berita umum atau yang biasa kita kenal TRIBUNSUMSEL.COM – Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada anak sejak dini atau saat mereka masih kecil, menghafal Al-Quran dan mengajarkan sunnah seperti apa yang telah dicontohkan untuk panutan kita yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena cara ini adalah bentuk pembelajaran untuk menjadikan generasi yang unggul baik dalah segi dunia ataupun untuk bekal akhirat kelak.
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak menjadi orang yang mencintai al Quran serta mau menghafalnya.
Seperti cara yang dikutip dari halaman fanspage Ustad Yususf mansur di bawah ini :
1. BAYI (0-2 TAHUN)
– Bacakan Al Qur’an dari surat Al fatihah     
– Tiap hari 4 kali waktu (pagi, siang, sore, malam)   
– Tiap 1 waktu satu surat diulang 3 x
– Setelah hari ke-5 ganti surat An Naas dengan cara yang sama    
– Tiap 1 waktu surat yg lain-lain diulang 1 x 2           
2. DIATAS 2 TAHUN
– Metode sama dengan teknik pengajaran yang sama pada bayi sebelumnya. Namun jika kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, dari 5 hari menjadi 7 hari      
– Sering didengarkan murattal qur’an
3. DIATAS 4 TAHUN
– Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
– Ajari muraja’ah/mengulang-ulang sendiri   
– Ajari menghafal sendiri       
– Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga 
– Waktu menghafal 3 – 4 x perhari
Tiga cara diatas adalah metode sederhana yang cukup ampuh dalam membimbing seorang anak untuk bisa menghafal Al-qur’an, semoga kita sebagai orangtua atau wali yang bertanggung jawab, bisa sama-sama mencoba menerapkan atau mempraktekkannya kepada anak, adik, saudara atau orang lain sekalipun yang memiliki tekat sungguh-sungguh dalam mempelajari Al-qur’an
Ada sebuah doa yang bagus, dan sekiranya perlu kita lantunkan setiap kali memulai atau sesudah mengajarkan Al-qur’an pada anak, berikut doanya.
Allaahummaj’alna fii ahli Qur’an , Allaahumma baarik fi auladina wa dzurriiyatina bil Qur’an, Allaahummarzuqna istiqomah fi tilawatil wa hifzil Qur’an..Aamiin Allaahumma Aamiin
”Yaa Allah, jadikan kami sebagai ahlulQur’an, Yaa Allah, berkahilah anak & keturunan kami dengan Qur’an, Yaa Allah, berikanlah kami keistiqomahan dlm membaca & menghafal Al-Qur’an… Yaa Allah, kabulkanlah doa dan permohonan kami.”
Semoga bermanfaat, silahkan sebarkan semoga semakin banyak dari kita yang lebih dekat dan memuliakan Al-qur’an. Aamiin InsyaAllah.
1. Tahu kapan waktunya untuk serius dan bercanda
Sosok orang tua yang bijak tentu harus tahu kapan waktunya untuk serius dan bercanda. Untuk mengkombinasikan keduanya juga bukan hal yang mudah. Saat menyangkut hal yang bersifat prinsipil dan penting dalam kehidupan sang anak, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan untuk menjadi penasehat yang baik dengan pemikiran yang matang, bukan sebagai penentu sebuah keputusan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Economic and Social Research Councils tahun 2011, sosok orang tua yang gemar bercanda dengan anaknya justru bisa memicu pola pikir anak untuk menjadi lebih kreatif dan kritis.

2. Berpikir positif
Orang tua dituntut untuk selalu berpikir positif dan menyikapi segala hal yang menyangkut kehidupan sang anak dengan bijak. Tuntun dan berikanlah anak ruang untuk berpikir dan mengambil keputusan yang baik dan benar, terutama dalam hal pendidikan dan kehidupan sosialnya. Orang tua yang baik tentu tak akan berlaku kasar dan egosentris kepada anaknya karena sadar jika perilaku demikian justru akan berakibat buruk bagi psikologis sang anak. Perilaku dan segala tindak tanduk orang tua akan terekam selamanya dalam memori sang anak dan sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental sang anak. Sebagaimana tercermin dalam sebuah peribahasa, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya".

3. Cerminkan kasih sayang yang tulus
Kasih sayang yang tulus adalah "modal" utama bagi sang anak untuk menjadi kuat, tabah dan tak merasa sendiri dalam menjalani hidup. Sikap yang mencerminkan kasih sayang dari orang tua akan membentuk emosi yang positif akan membantu anak untuk tetap ulet menghadapi semua tantangan dalam hidup dan di masa-masa sulit mereka.

4. Relakan mereka untuk pergi
Saat sang anak beranjak dewasa, sosok orang tua tetap tak akan terkurangi bagi anaknya. Meskipun demikian, biarkanlah sang anak mengambil keputusan bagi hidup mereka sendiri. Berikanlah anak ruang bagi sang anak berpikir untuk dirinya sendiri. Misalnya saat sang anak diterima disebuah perguruan tinggi di luar kota.

Adalah hal yang wajar setiap orang tua tentu akan merasakan kecemasan saat harus melepas anaknya, padahal justru hal ini belum tentu hal yang buruk karena sang anak akan mendapatkan pengalaman baru yang kelak akan berguna bagi sang anak berkeluarga dan dituntut untuk mandiri. Tetap menjadi bijak dalam menyikapi hal ini dan menyadari bahwa tak selamanya orang tua dapat mengawasi anaknya 24 jam sehari.

Seorang pujangga pernah menulis sepenggal nasehat bijak bagi orang tua sebagai berikut,
Lewat kau mereka lahir, namun bukan dari engkau.
Meski mereka bersamamu, mereka bukan hakmu.
Berikanlah kasih sayangmu, tapi jangan paksakan kehendakmu.
Karena mereka punya alam pikiran sendiri.
Sepatutnya kau berikan tempat bagi raganya, tetapi tidak untuk jiwanya.
5. Posisi ibu yang mampu memberikan kehangatan dalam keluarga
Posisi ibu merupakan posisi yang paling krusial dalam rumah tangga dan pembangunan mental serta psikologi sang anak. Hal ini sangat logis mengingat ibu merupakan sosok yang paling sering bersama dan merawat anak dirumah. Ibu yang baik mampu berkomunikasi dengan anak dengan penuh kasih sayang, harmonis dan menjadi "jembatan" penghubung yang baik antara sang anak dan sang ayah. Merasa disayangi, dimengerti, dijaga dan dikasihi merupakan faktor penting bagi sang anak untuk berkembang menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua.

6. Menahan emosi dan tahu bagaimana melontarkan argumentasi
Sebuah keluarga tentu tak selamanya harmonis. Saat timbul sebuah konflik, orang tua dituntut untuk dapat menjaga emosi dan tahu bagaimana caranya melontarkan argumentasi. Meskipun marah, namun tetaplah dalam porsi orang tua yang mana harus bijaksana dalam mengungkapkan argumentasi kepada sang anak. Hindari argumen yang bersifat negatif dan mengintimidasi jiwa dan mental sang anak.

7. Tak ada yang sempurna
Janganlah menuntut akan kesempurnaan karena hakikatnya tak ada yang sempurna di dunia ini. Hal ini berlaku untuk semua hal termasuk diri Anda ataupun sang anak. Janganlah menyiksa diri sendiri dengan target, pencapaian dan ekspektasi yang terlalu besar. "Tak ada gading yang tak retak", tetap sadari akan hal tersebut dan memaklumi jika setiap orang memiliki kelemahan, begitu juga dengan diri Anda.

8. Kenali pribadi anak
Mungkin banyak dari orang tua yang seakan-akan tahu benar bagaimana cara mencukupi semua kebutuhan sang anak dan membesarkannya. Namun pada kenyataannya tak semua orang tua dapat dengan mudah mengenali kepribadian sang anak. Setiap orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, oleh karenanya pahami dan selamilah karakter masing-masing anak sehingga Anda tahu kapan dan bagaimana caranya melakukan pendekatan dan bersikap kepada anak.

9. Meminta maaf
Menua kemudian kelak menjadi orang tua adalah hal yang hampir pasti dijalani oleh setiap orang, begitu pun halnya dengan anak-anak Anda. Belajarlah dari pengalaman saat Anda pernah menjadi seorang anak di masa lalu dimana mungkin Anda juga pernah melakukan apa yang dilakukan saat ini oleh anak Anda. Berbuat salah adalah hal yang manusiawi, wajar dan bisa saja terjadi kepada siapapun orangnya tanpa memandang usia. Jika Anda merasa memiliki salah terhadap anak, meminta maaflah. Meminta maaf bukanlah hal yang memalukan yang dapat mencederai harga diri yang dimiliki oleh orang tua, namun meminta maaf yang tulus justru akan membuat Anda menjadi orang tua yang sempurna dimata sang anak.


Demikianlah artikel sederhana mengenai beberapa tips dan cara menjadi sosok orang tua yang baik, teladan dan bijaksana bagi anaknya. Silakan diterapkan dan semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan manfaat, khususnya bagi Anda dan keluarga.

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa anak adalah merupakan harapan dan tumpuan orang tua kelak di kemudian hari. Oleh karenanya, sebagai orang tua tentu harus dapat memberikan bimbingan serta arahan yang tepat agar ia menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana yang kita inginkan kelak saat mereka telah dewasa.

Usia 0 tahun merupakan masa-masa yang kritis bagi perkembangan otak sang anak. Pada tahap inilah anak mengalami masa-masa keemasan dimana perkembangan otaknya terjadi dengan cepat dan pesat. Pada masa ini bahkan otak anak memiliki kemampuan untuk menyerap pengalaman-pengalaman baru lebih cepat dari anak yang berusia 3 tahun. Oleh sebabnya, Anda jangan sampai salah dalam mendidik maupun memberikan contoh-contoh bagi putra-putri Anda.                 

Tips sukses cara mendidik anak yang baik memiliki banyak metode. Seberapa besar tingkat kesuksesan dari metode yang diterapkan tentu tergantung dari seberapa efektif masing-masing orang tua dalam memberikan kontribusi kepada anak-anaknya. Agar Anda tak bingung dalam memberikan arahan untuk anak, berikut ini adalah beberapa cara mendidik anak yang baik, benar dan bijak yang bisa Anda coba.             
1.    Bersikap lembut dan tunjukkan kasih sayang yang tulus

Sebagai orang tua, selalu bersikap lembut kepada anak adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Sebab hanya dengan tutur kata yang lembut, seorang anak akan mendengarkan perkataan dari orang tuanya. Selain dituntut untuk bersikap lembut kepada anak, orang tua juga selayaknya memberikan kasih sayang yang tulus dan utuh kepada anak. Salah satu contohnya adalah dengan mengatakan kepada anak bahwa Anda sangat menyayanginya.  Pelukan atau ciuman juga bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi jiwa sang anak yang bisa Anda lakukan. 
2.    Jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan  
   
Mungkin anak Anda pernah merasakan di olok-olok oleh teman sebayanya. Sebagai orang tua yang baik, cobalah untuk melakukan pendekatan agar si anak mau bercerita. Di saat seperti itu Anda dituntut untuk menjadi pendengar yang baik dan mampu mendengarkan semua keluh dan kesah si kecil. Ini adalah kunci sukses dalam membangun rasa percaya diri sang anak.   

Berikanlah dukungan yang positif dan bekalilah ia dengan skill untuk menghindari olokan temannya serta kemampuan untuk bisa bersosialisasi dengan baik. Sebagai contoh Anda dapat mengajarkan anak Anda untuk menghindari sebuah ejekan dari temannya. Misalnya jika ada temannya yang mengatakan "Kamu jelek", lantas jawaban yang paling tepat adalah "Biarin yang penting pinter". Anak yang terbiasa mengolok-olok pasti akan merasa bosan dengan jawaban yang demikian karena ejekannya tidak ditanggapi dengan serius serta tidak mendapatkan feedback sesuai dengan yang ia inginkan, misalnya dengan menangis, mengadu atau marah.     

3.    Bangun kreatifitas dengan bermain bersama  
Mengajarkan anak bukan berarti harus selalu membuat "peraturan-peraturan baru" yang tidak menyenangkan baginya, akan tetapi juga bisa dengan cara bermain bersama. Biarkan ia mempelajari sesuatu dari Anda dengan cara-cara yang jauh lebih menyenangkan seperti bermain, menari atau bermain musik bersama.
4.    Hindari menggunakan kata "Jangan"
Inilah salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua. Di saat anak tengah bereksperimen yang mungkin sedikit membahayakan, orang tua umumnya berkata "jangan" kepada anaknya. Sesungguhnya kata ini apabila terlalu sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya justru dapat berakibat negatif yang menyebabkan sang anak tidak berkembang kreatifitasnya. Untuk mengganti kata "jangan", Anda sebaiknya menggunakan kata lain yang bermakna lebih positif. Contoh kasusnya seperti misalnya ada anak yang berlari, lalu bundanya berkata "Jangan lari!". Sesungguhnya yang dimaksud sang bunda adalah "berjalan" saja akan tetapi sang anak tidak menangkap maksud ini. Jadi kalimat yang sebaiknya digunakan adalah "Berjalan saja" atau "Pelan-pelan saja" dan lain sebagainya.
5.    Jadilah panutan dan idola untuk anak Anda.
Pada umumnya setiap anak memiliki idola "superhero" di dunia imajinasinya. Namun di dunia yang sesungguhnya, ia juga pasti ingin memilikinya. Anda sebagai orang tua sebisa mungkin mencoba untuk menjadi apa yang diinginkan sang anak dan selalu bisa diandalkan. Salah satunya adalah dengan melakukan apa pun yang menurut Anda terbaik untuk bisa diberikan kepada putra-putri Anda.
6.    Berikan rasa nyaman.
Tumbuhkanlah rasa nyaman saat anak sedang bersama dengan Anda. Ajaklah untuk berdiskusi kecil di sela-sela kebersamaan Anda. Agar anak merasa nyaman, sebaiknya jangan menjadi yang merasa paling tahu segalanya sehingga membuat Anda terkesan mendominasi pembicaraan. Jadikan ia seperti seorang teman yang juga perlu untuk Anda dengarkan dengan baik dan penuh rasa simpati.
7.    Tumbuhkan sikap menghormati.
Ajarkan ia untuk selalu menghormati siapa pun orangnya, baik orang yang lebih tua maupun teman sebayanya. Hal ini penting untuk ditumbuhkan semenjak usia dini karena di kemudian hari saat ia dewasa ia dapat berlaku hormat kepada semua orang.
8.    Ajarkan rasa tanggung jawab.

Ajarkan dan ingatkan anak Anda untuk selalu memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya. Misalnya jika telah tiba waktunya untuk sekolah, ia harus berangkat. Jika ia bertanya mengapa harus demikian. Berikanlah alasan yang bisa dipahami olehnya.
9.    Ajarkan untuk meminta maaf.
Meminta maaf atas sebuah kesalahan adalah tindakan yang mulia dan kesatria. Ajarkanlah anak Anda untuk mau meminta maaf untuk kesalahan yang mungkin ia lakukan terhadap teman sebayanya agar ia menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah tindakan yang kurang terpuji.
10. Jangan ditakut-takuti.
Orang tua biasanya cenderung mengambil "jalan pintas" yang mudah. Selain berbohong, orang tua juga biasanya kerap menakut-nakuti anak agar anaknya mau menurut dengan segera. Ini adalah perilaku orang tua yang keliru karena selain bisa menjadi semacam trauma saat ia dewasa, hal ini juga mengakibatkan anak menjadi tidak mandiri sehingga dapat mengurung kreatifitasnya.
11. Jangan dibohongi.
Sama halnya dengan ditakut-takuti, anak yang kerap dibohongi saat masih kecil akan menjadi terbiasa dengan kebohongan-kebohongan yang ditanamkan oleh orang tuanya. Saat nanti ia sudah besar, ia tentu akan menganggap berbohong adalah hal yang wajar untuk dilakukan karena semua orang termasuk orang tuanya juga melakukannya.
12. Jangan berkata keras dan mengancam 

Banyak orang bilang anak itu tidak bedanya seperti kertas putih yang kosong. Baik atau tidaknya anak juga tergantung dari yang diajarkan orang tua kepadanya. Oleh sebabnya cobalah untuk sebisa mungkin menghindari perkataan yang keras, mengancam atau bahkan meneriaki sang anak. Apabila perilaku anak mungkin terkesan nakal atau bandel, cobalah untuk menahan emosi Anda dan katakan dengan lembut serta bijaksana.
13. Ajarkan keterbukaan
Disaat Anda memiliki waktu luang bersama dengan sang buah hati. Ajaklah berbincang dan cobalah untuk mencari tahu mengenai kesehariannya. Apa saja yang ia lakukan, apa yang membuat ia senang, apa yang membuatnya sedih atau bahkan yang membuatnya bersemangat. Dengan terbukanya sang anak, Anda juga bisa mencari mencari celah untuk dapat mengetahui sifat sang anak sekaligus menjadi inspirasi bagi orang tua. Orang tua yang baik dan bijak adalah orang tua yang dapat mengambil pengalaman dan pelajaran dari siapa pun termasuk dari anaknya sendiri.
Welcome to My Blog and Visit...

Date of Today

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © MA Al Ihsan Boarding School